Posts

Showing posts from September, 2013

Semenjak Hari Itu

Mikha masih termenung di sudut ruang kamar kosnya. Meski ruangan itu dicat biru supaya memberi kesan sejuk, kali ini Mikha justru merasa dadanya begitu sesak, panas. Dia masih butuh waktu sendiri untuk memikirkan semuanya. Hanya termangu menatap jendela kamarnya yang sejak pagi tadi ia lakukan, bahkan untuk sekedar makan pun dia tidak ingat.   Mikha seperti terhipnotis. Kebetulan kuliahnya hari ini ditiadakan. Mobilitas tubuhnya hampir nol, pikirannya sibuk memutar memori kenangan masa lalu. Namun pipinya tidak lantas basah, seperti ada yang menyumbat kelenjar air matanya. Peristiwa itu sepertinya begitu dahsyat menghantam batin gadis gemuk berambut ikal ini. Reno, lelaki yang selama ini dicintai Mikha, tiba-tiba memutuskan hubungan mereka dengan alasan telah menemukan wanita lain yang lebih menarik perhatiannya. Mikha tidak menyangka bahwa Reno akan tega melakukan hal itu kepadanya. Perjalanan panjang cinta mereka yang telah terajut selama tiga tahun belakangan ini seperti sand

Catatan Kecil Untukmu

Hai ! Iya, kau yang punya senyum seindah itu. Apa kabarmu hari ini? Baik? Jangan tanya kabarku yang selalu membaik tiap melihatmu. Kau memiliki daya magis yang hebat. Setiap ada kesedihan yang mulai berani mendekatiku, kehadiranmu selalu berhasil mengusirnya. Meskipun kau tidak melakukan apa pun. Meskipun kau hanya berdiri di seberang sana. Kau tetap saja mampu mengusir kesedihan itu. Hebat. Memang, kata-kata Tere Liye ada benarnya, seseorang yang sedang jatuh cinta terkadang terbelenggu oleh ilusi yang diciptakan oleh hatinya sendiri. Ia tak kuasa lagi membedakan mana yang benar-benar nyata, mana yang hasil kreasi hatinya yang sedang memendam rindu. Kejadian-kejadian kecil, cukup sudah untuk membuatnya senang. Merasa seolah-olah itu kabar baik.  Bukan masalah besar bagiku bila harus terkungkung dalam imajinasi tentangmu. Aku bisa menikmatinya. Menikmati pesona yang kau pancarkan. Menikmati kata-katamu yang sederhana tapi bermakna. Menikmati gerak-gerikmu dari kejauhan. Me

Kepulan Rindu

Waktu memang begitu ajaib mengemas semua rindu yang terasa. Lihatlah! Rindu-rindu itu kini mulai berani mengepul. Tidakkah kau melihatnya? Mereka bersaing dengan gerombolan awan di langit yang indah di sana. Bukan. Bukan aku yang membuatnya terlepas begitu saja. Aku sudah menahannya semampuku. Sungguh. Namun, kau yang tidak pernah berhenti menyetorkan rindu-rindu itu. Setiap bayangan tentang senyum indah itu, selalu menambah jumlah rindu yang tertampung. Aku juga hanya wanita biasa, punya keterbatasan. Kau yang luar biasa. Sekarang sudah bulan ke sembilan di tahun ini. Itu artinya lima belas bulan aku menampung semua rindu itu. Wajar bukan jika saat ini rindu-rindu akhirnya mengepul? Kau selalu saja menambah rindu yang baru. Jadi, kupikir tak masalah jika kepulan rindu itu kini menuju langit yang indah di sana. Aku masih tetap bisa melihatnya, juga merasakannya. Begitu indah. Tenang saja, mereka tidak akan hilang, sepertinya mereka telah nyaman di sana.  Aku memang tidak bisa